Jumat, 13 November 2009

berbagi dan bahagia itu dekat



Alkisah, ada seorang anak kelas 5 SD bernama Adi. Setiap hari, Adi tiba di sekolah pagi-pagi sekali. Biasanya saat ia datang, belum ada satu pun teman sekelasnya yang datang.

Suatu hari, saat istirahat, Adi terkejut melihat bekal yang dibawanya dari rumah berkurang separuh . “Siapakah gerangan yang mengambil bekalku?” batinnya dalam hati sambil mengitarkan pandangan curiga ke seputar kelas.

Sepulang dari sekolah, diceritakan kasus bekal yang hilang kepada ibunya. “Ibu tidak lupa menyiapkan bekal untukku sebanyak dua potong kan?” tanya Adi penasaran.

“Iya, Ibu ingat sekali menyiapkan bekalmu dua potong, bukan sepotong,” jawab ibu Adi meyakinkan.

Seminggu kemudian, saat kembali ke kelas, tanpa sengaja, Adi terkejut melihat penjaga sekolah mengendap-endap memasuki kelas yang masih kosong. Dia membuka tas Adi dan mengambil sepotong bekalnya. Kemudian bergegas pergi dengan muka tampak tertekan dan murung.

Sepulang dari sekolah, Adi menceritakan kejadian itu kepada ibunya. “Ibu, ternyata pencurinya si penjaga sekolah. Apa yang harus Adi lakukan, Bu? Kalau Adi laporkan ke wali kelas atau kepala sekolah, dia pasti diberi sanksi, bahkan mungkin dikeluarkan dari sekolah. Kasihan kan, Bu. Walaupun orangnya baik, tapi yang diperbuat kan salah”.

Dengan tersenyum sayang, ibunya menjawab, “Saran ibu, jangan dilaporkan dulu ke sekolah. Ibu kenal baik keluarga penjaga sekolahmu itu. Dia bukan penjahat. Pasti karena terpaksa dia mengambil setengah bekalmu. Dan masih berbaik hati meninggalkan setengahnya untuk Adi agar Adi tidak kelaparan. Begini saja, besok akan Ibu siapkan bekal lebih banyak, dua kali dari biasanya. Adi berikan sebungkus kepada penjaga sekolah. Cukup berikan saja, tidak perlu menegur atau berkata apapun kepadanya. Kita lihat apa reaksinya, setuju?”

Keesokan harinya, Adi menemui penjaga sekolah dan menyerahkan sebungkus bekal. Penjaga sekolah terkejut sesaat, wajahnya pucat dan takjub. Dengan tangan gemetar, diterimanya bingkisan itu. Tampak matanya berkaca-kaca.

Sambil terbata-bata dia berkata, “Terima kasih, terima kasih Nak. Bapak minta maaf telah mengambil setengah jatah bekal Nak Adi. Bapak sungguh menyesal dan dihantui perasaan bersalah. Bapak lakukan karena terpaksa. Anak bapak sakit, sedangkan uang kami tidak cukup untuk membeli makanan karena istri bapak memerlukan biaya untuk melahirkan. Mohon maafkan Bapak, Nak. Bapak berjanji tidak akan mengulanginya. Dan terima kasih karena tidak melaporkan kepada pihak sekolah sehingga Bapak masih bisa bekerja. Sampaikan permintaan maaf dan terima kasih kami pada ibumu. Sungguh beliau seorang ibu yang baik dan bijak”. Sambil mengangguk senang, Adi meninggalkan penjaga sekolahnya.

Teman-teman yang luar biasa,
kesalahan, walau dengan alasan apapun, tidak akan menjadi benar. Mau menyadari, mengakui kesalahan, dan meminta maaf adalah sebuah kebesaran jiwa. Dan berjanji untuk tidak mengulangi adalah kebijaksanaan tertinggi.

Sebaliknya, bisa memaafkan orang yang bersalah kepada kita bahkan rela memberi bantuan dan menyadarkannya, bukan hanya damai di hati tetapi sekaligus menunjukkan kita, manusia, sebagai makhluk yang ber-Tuhan. Maka jelas sekali, jika bisa berbagi, kita akan bahagia. Share and be happy.

berbagi dan bahagia itu dekat

Alkisah, ada seorang anak kelas 5 SD bernama Adi. Setiap hari, Adi tiba di sekolah pagi-pagi sekali. Biasanya saat ia datang, belum ada satu pun teman sekelasnya yang datang.

Suatu hari, saat istirahat, Adi terkejut melihat bekal yang dibawanya dari rumah berkurang separuh . “Siapakah gerangan yang mengambil bekalku?” batinnya dalam hati sambil mengitarkan pandangan curiga ke seputar kelas.

Sepulang dari sekolah, diceritakan kasus bekal yang hilang kepada ibunya. “Ibu tidak lupa menyiapkan bekal untukku sebanyak dua potong kan?” tanya Adi penasaran.

“Iya, Ibu ingat sekali menyiapkan bekalmu dua potong, bukan sepotong,” jawab ibu Adi meyakinkan.

Seminggu kemudian, saat kembali ke kelas, tanpa sengaja, Adi terkejut melihat penjaga sekolah mengendap-endap memasuki kelas yang masih kosong. Dia membuka tas Adi dan mengambil sepotong bekalnya. Kemudian bergegas pergi dengan muka tampak tertekan dan murung.

Sepulang dari sekolah, Adi menceritakan kejadian itu kepada ibunya. “Ibu, ternyata pencurinya si penjaga sekolah. Apa yang harus Adi lakukan, Bu? Kalau Adi laporkan ke wali kelas atau kepala sekolah, dia pasti diberi sanksi, bahkan mungkin dikeluarkan dari sekolah. Kasihan kan, Bu. Walaupun orangnya baik, tapi yang diperbuat kan salah”.

Dengan tersenyum sayang, ibunya menjawab, “Saran ibu, jangan dilaporkan dulu ke sekolah. Ibu kenal baik keluarga penjaga sekolahmu itu. Dia bukan penjahat. Pasti karena terpaksa dia mengambil setengah bekalmu. Dan masih berbaik hati meninggalkan setengahnya untuk Adi agar Adi tidak kelaparan. Begini saja, besok akan Ibu siapkan bekal lebih banyak, dua kali dari biasanya. Adi berikan sebungkus kepada penjaga sekolah. Cukup berikan saja, tidak perlu menegur atau berkata apapun kepadanya. Kita lihat apa reaksinya, setuju?”

Keesokan harinya, Adi menemui penjaga sekolah dan menyerahkan sebungkus bekal. Penjaga sekolah terkejut sesaat, wajahnya pucat dan takjub. Dengan tangan gemetar, diterimanya bingkisan itu. Tampak matanya berkaca-kaca.

Sambil terbata-bata dia berkata, “Terima kasih, terima kasih Nak. Bapak minta maaf telah mengambil setengah jatah bekal Nak Adi. Bapak sungguh menyesal dan dihantui perasaan bersalah. Bapak lakukan karena terpaksa. Anak bapak sakit, sedangkan uang kami tidak cukup untuk membeli makanan karena istri bapak memerlukan biaya untuk melahirkan. Mohon maafkan Bapak, Nak. Bapak berjanji tidak akan mengulanginya. Dan terima kasih karena tidak melaporkan kepada pihak sekolah sehingga Bapak masih bisa bekerja. Sampaikan permintaan maaf dan terima kasih kami pada ibumu. Sungguh beliau seorang ibu yang baik dan bijak”. Sambil mengangguk senang, Adi meninggalkan penjaga sekolahnya.

Teman-teman yang luar biasa,
kesalahan, walau dengan alasan apapun, tidak akan menjadi benar. Mau menyadari, mengakui kesalahan, dan meminta maaf adalah sebuah kebesaran jiwa. Dan berjanji untuk tidak mengulangi adalah kebijaksanaan tertinggi.

Sebaliknya, bisa memaafkan orang yang bersalah kepada kita bahkan rela memberi bantuan dan menyadarkannya, bukan hanya damai di hati tetapi sekaligus menunjukkan kita, manusia, sebagai makhluk yang ber-Tuhan. Maka jelas sekali, jika bisa berbagi, kita akan bahagia. Share and be happy.

memberi maka akan diberi

semoga memberikan inspirasi bagi semua orang,,.

Pada suatu hari seorang pria melihat seorang wanita lanjut usia sedang berdiri kebingungan di pinggir jalan. Meskipun hari agak gelap, pria itu dapat melihat bahwa sang nyonya sedang membutuhkan pertolongan. Maka pria itu menghentikan mobilnya di depan mobil Merecdes Benz wanita itu dan keluar menghampirinya. Mobil Pontiac-nya masih menyala ketika pria itu mendekati sang nyonya.

Meskipun pria itu tersenyum, wanita itu masih ketakutan. Tak ada seorangpun berhenti untuk menolongnya selama beberapa jam ini. Apakah pria ini akan melukainya? Pria itu kelihatan tak baik. Ia kelihatan miskin dan kelaparan.

Sang pria dapat melihat bahwa wanita itu ketakutan, sementara berdiri di Sana kedinginan. Ia mengetahui bagaimana perasaan wanita itu. Ketakutan itu membuat sang nyonya tambah kedinginan. Kata pria itu, “Saya di sini untuk menolong anda, Nyonya. Masuk ke dalam mobil saja supaya anda merasa hangat! Ngomong-ngomong, nama saya Bryan Anderson.”

Wah, sebenarn ya ia hanya mengalami ban kempes, namun bagi wanita lanjut seperti dia, kejadian itu cukup buruk. Bryan merangkak ke bawah bagian mobil, mencari tempat untuk memasang dongkrak. Selama mendongkrak itu beberapa kali jari-jarinya membentur tanah. Segera ia dapat mengganti ban itu. Namun akibatnya ia jadi kotor dan tangannya terluka. Ketika pria itu mengencangkan baut-baut roda ban, wanita itu menurunkan kaca mobilnya dan mencoba ngobrol dengan pria itu. Ia mengatakan kepada pria itu bahwa ia berasal dari St. Louis dan hanya sedang lewat di jalan ini..

Ia sangat berutang budi atas pertolongan pria itu. Bryan hanya tersenyum ketika ia menutup bagasi mobil wanita itu.. Sang nyonya menanyakan berapa yang harus ia bayar sebagai ungkapan terima kasihnya. Berapapun jumlahnya tidak menjadi masalah bagi wanita kaya itu.

Ia sudah membayangkan semua hal mengerikan yang mungkin terjadi seandainya pria itu tak menolongnya. Bryan tak pernah berpikir untuk mendapat bayaran. Ia menolong orang lain tanpa pamrih. Ia biasa menolong orang yang dalam kesulitan, dan Tuhan mengetahui bahwa banyak orang telah menolong dirinya pada waktu yang lalu. Ia biasa menjalani kehidupan seperti itu, dan tidak pernah ia berbuat hal sebaliknya.

Pria itu mengatakan kepada sang nyonya bahwa seandainya ia ingin membalas kebaikannya, pada waktu berikutnya wanita itu melihat seseorang yang memerlukan bantuan, ia dapat memberikan bantuan yang dibutuhkan kepada orang itu, dan Bryan menambahkan, “Dan ingatlah kepada saya.”

Bryan menunggu sampai wanita itu menyalakan mobilnya dan berlalu. Hari itu dingin dan membuat orang depresi, namun pria itu merasa nyaman ketika ia pulang ke rumah, menembus kegelapan senja.

Beberapa kilometer dari tempat itu sang nyonya melihat sebuah kafe kecil. Ia turun dari mobilnya untuk sekedar mencari makanan kecil, dan menghangatkan badan sebelum pulang ke rumah. Restoran itu nampak agak kotor. Di luar kafe itu ada dua pompa bensin yang sudah tua. Pemandangan di sekitar tempat itu sangat asing baginya.

Sang pelayan mendatangi wanita itu dan membawakan handuk bersih untuk mengelap rambut wanita itu yang basah. Pelayan itu tersenyum manis meskipun ia tak dapat menyembunyikan kelelahannya berdiri sepanjang hari. Sang nyonya melihat bahwa pelayan wanita itu sedang hamil hampir delapan bulan, namun pelayan itu tak membiarkan keadaan dirinya mempengaruhi sikap pelayanannya kepada para pelanggan restoran.

Wanita lanjut itu heran bagaimana pelayan yang tidak punya apa-apa ini dapat memberikan suatu pelayanan yang baik kepada orang asing seperti dirinya. Dan wanita lanjut itu ingat kepada Bryan.

Setelah wanita itu menyelesaikan makanannya, ia membayar dengan uang kertas $100. Pelayan wanita itu dengan cepat pergi untuk memberi uang kembalian kepada wanita itu.. Ketika kembali ke mejanya, sayang sekali wanita itu sudah pergi. Pelayan itu bingung kemana perginya wanita itu. Kemudian ia melihat sesuatu tertulis pada lap di meja itu.

Ada butiran air mata ketika pelayan itu membaca apa yang ditulis wanita itu: “Engkau tidak berutang apa-apa kepada saya. Saya juga pernah ditolong orang. Seseorang yang telah menolong saya, berbuat hal yang sama seperti yang saya lakukan sekarang. Jika engkau ingin membalas kebaikan saya, inilah yang harus engkau lakukan: ‘Jangan biarkan rantai kasih ini berhenti padamu’.’”

Di bawah lap itu terdapat empat lembar uang kertas $ 100 lagi. Wah, masih ada meja-meja yang harus dibersihkan, toples gula yang harus diisi, dan orang-orang yang harus dilayani, namun pelayan itu memutuskan untuk melakukannya esok hari saja. Malam itu ketika ia pulang ke rumah dan setelah semuanya beres ia naik ke ranjang. Ia memikirkan tentang uang itu dan apa yang telah ditulis oleh wanita itu.

Bagaimana wanita baik hati itu tahu tentang berapa jumlah uang yang ia dan suaminya butuhkan? Dengan kelahiran bayinya bulan depan, sangat sulit mendapatkan uang yang cukup. Ia tahu betapa suaminya kuatir tentang keadaan mereka, dan ketika suaminya sudah tertidur di sampingnya, pelayan wanita itu memberikan ciuman lembut dan berbisik lembut dan pelan, “Segalanya akan beres. Aku mengasihimu, Bryan Anderson!”

Ada pepatah lama yang berkata, “Berilah maka engkau diberi.” Hari ini saya mengirimkan kisah menyentuh ini dan saya harapkan anda meneruskannya. Biarkan terang kehidupan kita bersinar. Jangan hapus kisah ini, jangan biarkan saja!

Kirimkan kepada teman-teman anda!

Teman baik itu seperti bintang-bintang dilangit. Anda tidak selalu dapat melihatnya, namun anda tahu mereka selalu ada..

berpikir positif teman

terima kasih dah share artikel ini semoga memberi inspirasi bagi kita semua..


Sebuah kisah nyata…

Ada seorang ibu rumah tangga yang memiliki 4 anak laki-laki.
Urusan belanja, cucian, makan, kebersihan & kerapihan
rumah dapat ditanganinya dengan baik.
Rumah tampak selalu rapih, bersih & teratur dan suami
serta anak-anaknya sangat menghargai pengabdiannya itu.

Cuma ada satu masalah, ibu yg pembersih ini sangat tidak
suka kalau karpet di rumahnya kotor. Ia bisa meledak dan
marah berkepanjangan hanya gara-gara melihat jejak
sepatu di atas karpet, dan suasana tidak enak akan
berlangsung seharian. Padahal, dengan 4 anak laki-laki
di rumah, hal ini mudah sekali terjadi terjadi dan menyiksanya.

Atas saran keluarganya, ia pergi menemui seorang psikolog
bernama Virginia Satir, dan menceritakan masalahnya.
Setelah mendengarkan cerita sang ibu dengan penuh perhatian,
Virginia Satir tersenyum & berkata kepada sang ibu :

“Ibu harap tutup mata ibu dan bayangkan apa yang akan
saya katakan” Ibu itu kemudian menutup matanya.

“Bayangkan rumah ibu yang rapih dan karpet ibu yang
bersih mengembang, tak ternoda, tanpa kotoran, tanpa
jejak sepatu, bagaimana perasaan ibu?”
Sambil tetap menutup mata, senyum ibu itu merekah,
mukanya yg murung berubah cerah. Ia tampak senang
dengan bayangan yang dilihatnya.

Virginia Satir melanjutkan; “Itu artinya tidak ada
seorangpun di rumah ibu. Tak ada suami, tak ada anak-anak,
tak terdengar gurau canda dan tawa ceria mereka.
Rumah ibu sepi dan kosong tanpa orang-orang yang ibu kasihi”.
Seketika muka ibu itu berubah keruh, senyumnya langsung
menghilang, napasnya mengandung isak.
Perasaannya terguncang. Pikirannya langsung cemas
membayangkan apa yang tengah terjadi pada suami dan
anak-anaknya.

“Sekarang lihat kembali karpet itu, ibu melihat jejak sepatu
& kotoran di sana, artinya suami dan anak-anak ibu ada
di rumah, orang-orang yang ibu cintai ada bersama ibu dan
kehadiran mereka menghangatkan hati ibu”.
Ibu itu mulai tersenyum kembali, ia merasa nyaman
dengan visualisasi tsb.

“Sekarang bukalah mata ibu” Ibu itu membuka matanya
“Bagaimana, apakah karpet kotor masih menjadi masalah
buat ibu?”

Ibu itu tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
“Aku tahu maksud anda” ujar sang ibu, “Jika kita melihat
dengan sudut yang tepat, maka hal yang tampak negatif
dapat dilihat secara positif”.

Sejak saat itu, sang ibu tak pernah lagi mengeluh soal
karpetnya yang kotor, karena setiap melihat jejak sepatu
disana, ia tahu, keluarga yg dikasihinya ada di rumah.

Kisah di atas adalah kisah nyata. Virginia Satir adalah
seorang psikolog terkenal yang mengilhami
Richard Binder & John Adler untuk menciptakan NLP
(Neurolinguistic Programming) . Dan teknik yang
dipakainya di atas disebut Reframing, yaitu bagaimana
kita ‘membingkai ulang’ sudut pandang kita sehingga
sesuatu yg tadinya negatif dapat menjadi positif,
salah satu caranya dengan mengubah sudut pandangnya.

Terlampir beberapa contoh pengubahan sudut pandang :

Saya BERSYUKUR;

1. Untuk istri yang mengatakan malam ini kita hanya
makan mie instan, karena itu artinya ia bersamaku bukan
dengan orang lain
2. Untuk suami yang hanya duduk malas di sofa menonton
TV, karena itu artinya ia berada di rumah dan bukan di
bar, kafe, atau di tempat mesum.
3. Untuk anak-anak yang ribut mengeluh tentang banyak hal,
karena itu artinya mereka di rumah dan tidak jadi anak jalanan
4. Untuk Tagihan Pajak yang cukup besar, karena itu
artinya saya bekerja dan digaji tinggi
5. Untuk sampah dan kotoran bekas pesta yang harus
saya bersihkan, karena itu artinya keluarga kami
dikelilingi banyak teman
6. Untuk pakaian yang mulai kesempitan, karena itu
artinya saya cukup makan
7. Untuk rasa lelah, capai dan penat di penghujung hari,
karena itu artinya saya masih mampu bekerja keras
8. Untuk semua kritik yang saya dengar tentang pemerintah,
karena itu artinya masih ada kebebasan berpendapat
9. Untuk bunyi alarm keras jam 5 pagi yg membangunkan saya,
karena itu artinya saya masih bisa terbangun, masih hidup
10. Untuk dst…

ikhlas dengan cinta tanpa syarat

untuk semua orang,semoga menjadi inspirasi,.

hiks hiks,nangis dulu ah,,

huhuhuhuhhuhu

Sebuah renungan, Semoga bermanfaat.

MAMPUKAH KITA MENCINTAI ISTRI KITA TANPA SYARAT???

Ini cerita Nyata, beliau adalah Bp. Eko Pratomo, Direktur Fortis
Asset Management yg sangat terkenal di kalangan Pasar Modal dan
Investment, beliau juga sangat sukses dlm memajukan industri
Reksadana di
Indonesia.

Apa yg diutarakan beliau adalah Sangat Benar sekali.

Silahkan baca dan dihayati.

*MAMPUKAH KITA MENCINTAI TANPA SYARAT* – - – sebuah perenungan

Buat para suami baca ya….. istri & calon istri juga boleh..

Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda lagi, usia yg sudah
senja bahkan sudah mendekati malam,Pak Suyatno 58 tahun
kesehariannya diisi
dengan merawat istrinya yang sakit istrinya juga sudah tua.. mereka
menikah sudah lebih 32 tahun.

Mereka dikarunia 4 orang anak disinilah awal cobaan menerpa,setelah
istrinya melahirkan anak ke empat tiba2 kakinya lumpuh dan tidak bisa
digerakkan itu terjadi selama 2 tahun, menginjak tahun ke tiga
seluruh
tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang lidahnyapun
sudah tidak bisa digerakkan lagi.

Setiap hari pak suyatno memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi,
dan mengangkat istrinya keatas tempat tidur. Sebelum berangkat kerja
dia letakkan istrinya didepan TV supaya istrinya tidak merasa
kesepian.

Walau istrinya tidak dapat bicara tapi dia selalu melihat istrinya
tersenyum, untunglah tempat usaha pak suyatno tidak begitu jauh dari
rumahnya sehingga siang hari dia pulang untuk menyuapi istrinya
makan siang. sorenya dia pulang memandikan istrinya, mengganti
pakaian dan
selepas maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil
menceritakan apa2 saja yg dia alami seharian.

Walaupun istrinya hanya bisa memandang tapi tidak bisa menanggapi,
Pak Suyatno sudah cukup senang bahkan dia selalu menggoda istrinya
setiap berangkat tidur.

Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun, dengan
sabar
dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke empat buah hati
mereka, sekarang anak2 mereka sudah dewasa tinggal si bungsu yg
masih kuliah.

Pada suatu hari ke empat anak Suyatno berkumpul dirumah orang tua
mereka sambil menjenguk ibunya. Karena setelah anak mereka menikah
sudah tinggal dengan keluarga masing2 dan Pak Suyatno memutuskan ibu
mereka dia yg
merawat, yang dia inginkan hanya satu semua anaknya berhasil.

Dengan kalimat yg cukup hati2 anak yg sulung berkata ” Pak kami ingin
sekali merawat ibu semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu
tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak……. ..bahkan
bapak
tidak ijinkan kami menjaga ibu” . dengan air mata berlinang anak itu
melanjutkan kata2nya “sudah yg keempat kalinya kami mengijinkan
bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan
bapak menikmati masa tua bapak
dengan berkorban seperti ini kami sudah tidak tega melihat bapak,
kami janji kami akan merawat ibu sebaik-baik secara bergantian”.

Pak Suyatno menjawab hal yg sama sekali tidak diduga anak2 mereka.”
Anak2ku ……… Jikalau perkawinan & hidup didunia ini hanya untuk
nafsu, mungkin bapak akan menikah….. ..tapi ketahuilah dengan
adanya ibu kalian disampingku itu sudah lebih dari cukup, dia telah
melahirkan kalian.. sejenak kerongkongannya tersekat,… kalian yg
selalu kurindukan hadir didunia ini dengan penuh cinta yg tidak
satupun dapat menghargai dengan apapun. Coba kalian tanya ibumu
apakah dia menginginkan keadaannya seperti Ini.

Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah batin bapak bisa bahagia
meninggalkan ibumu dengan keadaanya sekarang, kalian menginginkan
bapak yg masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain,
bagaimana dengan ibumu yg masih sakit.”

Sejenak meledaklah tangis anak2 pak Suyatno merekapun melihat
butiran2
kecil jatuh dipelupuk mata ibu Suyatno.. dengan pilu ditatapnya mata
suami yg sangat dicintainya itu.. Sampailah akhirnya Pak Suyatno
diundang oleh salah satu stasiun TV swasta untuk menjadi nara sumber
dan merekapun mengajukan pertanyaan kepada
Suyatno kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat Istrinya yg
sudah tidak bisa apa2.. disaat itulah meledak tangis beliau dengan
tamu yg
hadir di studio kebanyakan kaum perempuanpun tidak sanggup menahan
haru disitulah Pak Suyatno bercerita.

“Jika manusia didunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam
perkawinannya, tetapi tidak mau memberi (memberi waktu, tenaga,
pikiran, perhatian) adalah kesia-siaan. Saya memilih istri saya
menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan
sabar merawat saya mencintai saya dengan hati dan batinnya bukan
dengan mata, dan dia memberi saya 4 orang anak yg lucu2..

Sekarang dia sakit karena berkorban untuk cinta kita bersama..dan itu
merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk
mencintainya apa adanya. Sehatpun belum tentu saya mencari
penggantinya apalagi dia sakit,,,”

Selasa, 21 April 2009

PAKET PERNIKAHAN

Mewujudkan segala impian anda
Menjadikannya momen yang tak terlupakan
Telah menangani lebih dari 100 event, Pameran,Wedding Organizer, Event Organizer sejak tahun 2005

Acara adat sehari sebelum akad nikah dilangsungkan biasanya pihak keluarga CPW & CPP, terutama di Pihak CPW biasanya menggelar acara adat seperti :
Mandi bunga 7 macam
Sungkem kepada kedua Orangtua
Ngendong CPP Oleh Ayah dan Ibu nya dari Tempat Siraman
Potong Rambut
dll